Tuliskan sinopsis novel lupus guruku manis sekali secara lengkap
B. Indonesia
pickanickname1
Pertanyaan
Tuliskan sinopsis novel lupus guruku manis sekali secara lengkap
1 Jawaban
-
1. Jawaban wins
saksama!
Guruku Manis
Sekali
“Selamat pagi” kata Bu
Guru baru ketika menyembulkan
wajahnya.
“Selamat pagi, Bu!” jawab
anak-anak serempak. “Selamat bertemu
dengan saya.”Bu Nunun ngerasa telah terjadi
reformasi total dalam kelas Lupus. Kemarin
waktu dia datang untuk berkenalan, temanteman
Lupus masih awut-awutan, tapi
sekarang mereka berubah manis-manis dan
wangi-wangi.
“Hm, rupanya kalian janjian pake sampo
bareng, ya?” sindir Bu Nunun ke anak-anak
cowok.Anak-anak senyum-senyum disindir Bu
Nunun.
“Begitu dong kalo mau pergi sekolah,
harus wangi dan rapi. Suasana belajar kan jadi
lebih enak kalo kelas wangi seperti ini. O ya,
siapa ketua kelas di sini?”
“Saya, Bu!” teriak Iko Iko berdiri.
“Boong! Saya, Bu!” Pepno juga berdiri.
“Yang bener saya, Bu!” teriak Lupus
ngacungin tangan.
“Tapi yang cocok saya, Bu!” Andi ikut-kutan
ngaku ketua kelas.
“Sudah, sudah, jangan ribut, saya percaya
semuanya adalah ketua kelas,” ujar Ibu Nunun.
“Iih, kalian kok jadi kayak di kebun
binatang aja!” protes Happy yang keganggu
dengan keriuhan teman-teman cowoknya.
’Tau tuh, Bu! Mereka sengaja mencari
perhatian Ibu!”
“Tenang, tenang... semua anak di sini akan
ibu perhatikan,” ujar Bu Nunun. Selain menjadi
rapi dan wangi, sikap duduk mereka juga rapi.
Lupus yang sudah menghafal tips tentang cara
mencari perhatian guru kece nyaris nggak bisa
apa-apa karena hampir tiap anak juga pada
pengen diperhatikan Ibu Nunun! Tapi Lupus
melihat kesempatan untuk bisa lebih
diperhatikan Bu Nunun ketika Bu Nunun
hendak menulis dan mencari kapur.
“Wah, kapurnya habis.”
“Biar saya ambil di kantor BP!” teriak
Lupus segera bangkit dan keluar kelas.Tapi
anak yang lain nggak mau kalah.
“Lebih baik saya aja yang ngambil!” teriak
Iko Iko
“Jangan. Lari saya lebih cepat!” tukas
Pepno.
“Hari ini saya tugas piket!” teriak
Andi.Dan akhirnya hampir semua anak keluar
kelas untuk mengambil kapur tulis ke kantor.
Bu Nunun geleng-geleng kepala.
“Hei, hei, yang ngambil kapur satu orang
aja! Jangan rame-rame!” tahan Bu Nunun.Tapi
anak-anak nggak peduli. Mereka cepat-cepat
keluar.
“Apa mereka begitu setiap hari?” tanya
Bu Nunun kemudian pada anak-anak yang
masih di dalam kelas.
“Huuu...boro-boro!” jawab anakanak.
Mendengar jawaban itu Bu Nunun
tersenyum.Bu Nunun kemudian berusaha
mengajar dengan baik dalam kelas sehingga
anak-anak merasa betah mendengar katakatanya.
Dan anak-anak emang seneng diajar
Ibu Nunun. Hampir seharian Ibu Nunun nggak
pernah ngomel.Yang lebih menarik hati lagi
adalah ketika Bu Nunun menggelar sebuah
kuis.
“Ibu sediakan berupa buku tulis,” katanya.
“Asyiiik!” teriak anak-anak.Tiba-tiba Lupus
mengacungkan tangannya, mau cari
perhatian.
“Boleh usul nggak?” teriaknya. “Usul apa,
Lupus?””Saya usul hadiahnya jangan buku tulis
yang masih kosong, tapi yang sudah isi. Diisi
dengan kata-kata mutiara tulisan tangan Bu
Nunun!”
“Setujuuuu!”Bu Nunun geleng-geleng
kepala lagi. Bu Nunun jadi hobi geleng-geleng.
“Ya nggak dong. Ibu Nunun bisa capek
menulisi satu buku. Tapi usul itu sangat bagus.
Saya suka usui itu!” ujar Bu Nunun.Hidung
Lupus langsung kembang kempis, bangga.Tapi
kalian jangan kecewa, dalam buku itu akan ibu
bubuhkan tanda tangan ibu, Gimana?”
“Setujuuuu!” teriak anak-anak
girang.”Kalau begini sekarang kita bikin ruang
ini seperti tempat bermain kuis!” kata Bu Nunun
memberi komando.Anak-anak langsung
bangkit dari duduk dan menata kursi-kursi
sesuai yang diinginkan Bu Nunun.
“Sengaja Ibu buat seperti ini biar kalian
nggak bosen,” alasan Bu Nunun lagi.Sekarang
kelas Lupus mirip tempat bermain kuis Pamoria
yang di TPI itu. Dan Bu Nunun yang purapura
jadi Ulfa-nya.
“Ayo, siapa bisa bikin kalimat dengan kata
barangkali, ujar Bu Nunun memandu
permainan.
“Saya, Bu!” teriak Pepno lantang. “Maju
ke depan,” ujar Bu Nunun lembut.
“Karena saya ini anak baik, barangkali aja
Ibu Nunun jadi sayang sama saya,” ujar Pepno
sok manja.Bu Nunun tersenyum dan lagi-lagi
geleng-geleng kepala.
“Ada yang lain?””Saya, Bu!” Andy
tunjuk tangan.
“Barangkali Ibu Nunun perlu bantuan
saya? Saya sih siap-siap aja!”Bu Nunun
tersenyum, sedangkan anak-anak yang lain
riuh. Saat itu, Bu Nunun tak sempat gelenggeleng
kepala, soalnya dia ngelihat Lupus
ngacung-ngacungin tangannya. Sepertinya Bu
Nunun udah mulai suka ama Lupus.
“Ya, Lupus. Kamu bisa membuat kalimat
dengan kata barangkali” “Bisa, Bu,” jawab
Lupus yakin. “Ayo, maju sini!””Pasir, batu, dan
kerikil adalah barangkali!” ujar Lupus sambil
mesem-mesem.Dan kontan aja semua anak
ketawa mendengar kalimat bikinan Lupus yang
konyol. Ibu Nunun juga.Ternyata hampir semua
anak mendapat hadiah sebuah buku tulis dari
Bu Nunun. Dan tanpa terasa udah sebulan
kelas Lupus diajar Ibu Nunun. Kemampuan
berbahasa Indonesia anak-anak meningkat
pesat. Kewangian dan kerapian anak-anak juga
meningkat hebat.