B. Indonesia

Pertanyaan

Cerita 1 (di foto)

Cerita 2
Profesi Anak-Anak Penjual Kue
Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue.
Bapak Presiden : “Sudah berapa lama jualan kue?”
Ibu Tua : “Sudah hampir 30 tahun.”
Bapak Presiden : “Terus anak ibu mana, kenapa tidak ada yang bantu?”
Ibu Tua : “Anak saya ada 4. Yang ke-1 di KPK, ke-2 di POLDA,
ke-3 di Kejaksaan dan yang ke-4 di DPR. Jadi mereka
sibuk sekali, Pak.”
Bapak Presiden kemudian menggeleng-gelengkan kepala karena kagum.
Lalu berbicara ke semua hadirin yang menyertai beliau.
Bapak Presiden : ”Meskipun hanya jualan kue, ibu ini bisa menjadikan
anaknya sukses dan jujur tidak korupsi, karena
kalau mereka korupsi, pasti kehidupan Ibu ini sudah
sejahtera dan tinggal di rumah mewah.”
Bapak Presiden : “Apa jabatan anak di POLDA, KPK, Kejaksaan dan
DPR?”
Ibu Tua : “Sama ... jualan kue juga.”

Cerita 3
Nangka Impor
Seorang teman diplomat yang baru ditempatkan di Belanda bercerita,
Saya pernah makan siang di sebuah restoran Indonesia sederhana di
Amsterdam. Saya kaget ternyata salah satu menunya ada masakan
gudeg Yogya.
Sumber: https-//upload.wikimedia.org
88 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK
Saya penasaran. Maka langsung saya pesan satu porsi.
Setelah saya ciicipi, percaya atau tidak, ternyata rasanya lebih enak
daripada gudeg di Yogya yang asli!
Karena penasaran, maka saya bertanya:
“Mas, apa rahasianya kok gudeg di sini rasanya lebih enak
dibandingkan dengan di tempat aslinya?”
“Oh, itu karena nangkanya, Mas. Di Yogya kan pakai nangka lokal.
Nah kalau kami di sini memakai nangka impor,” jawabnya.
“Emang nangkanya impor dari mana?”
“Dari Yogya, Mas...”

Cerita 4
Sebuah mobil ambulans yang mengangkut beberapa orang pasien sakit
jiwa terpaksa berhenti di tengah jalan karena bannya bocor. Ketika sedang
mengganti ban, Si Sopir tak sengaja menendang ke empat bautnya hingga
masuk selokan. Dengan panik Si Sopir berteriak, “Waduuuh, gimana gue
bisa pasang ban kalau bautnya hilang?”
Mendengar teriakan itu, salah seorang pasien gila nyeletuk, “Bang
copotin aja tuh satu baut dari masing-masing tiga roda lainnya. Terus
pasang ke bannya. Jadi, masing-masing ban dapat tiga baut.Ntar kalau ada
toko baut, tinggal beli empat baut.”
Mendengar usul pasien gila tersebut, Si Sopir langsung lega. “Pinter
juga Lo tapi ... kenapa Lo masuk rumah sakit jiwa sih?”
Pasien itu menjawab, “Helooooo ... plis dech, kita ini cuma gila. Bukan
bego kayak Lo.”

Pertanyaannya:
1. Tentukan (cerita 1, 2, dan 3) apakah termasuk dalam humor atau teks anekdot!
2. Jika termasuk dalam humor, tentukan ide cerita, isi, dan fungsi komunikasinya! begitu pula dengan jika teks tersebut termasuk teks anekdot.

Mohon di jawab dengan benar.
Perhatikan dengan seksama pertanyaannya sebelum menjawab.
Jika jawabannya tidak sesuai dengan maksud dari penanya (kecuali ada sedikit kesalahan maka tidak apa) contohnya menjawab dengan asal-asalan demi mendapat poin tinggi maka akan dilapor sesuai ketentuan app. Thank u.
Cerita 1 (di foto) Cerita 2 Profesi Anak-Anak Penjual Kue Bapak Presiden bertanya pada ibu tua penjual kue. Bapak Presiden : “Sudah berapa lama jualan kue?” Ibu

1 Jawaban

  • Kelas : X
    Pelajaran : Bahasa Indonesia
    Kategori : Teks anekdot
    Kata kunci : perbedaan, humor, anekdot, ide cerita, isi, fungsi komunikasi

    Pembahasan:
    Cerita 1 termasuk dalam HUMOR.
    Ide cerita : rekaan, karena mencantumkan nomor HP dari pengirim pesan
    Isi : Masalah kehidupan sehari-hari, umum.
    Fungsi komunikasi : Menghibur.

    Cerita 2 termasuk dalam HUMOR.
    Ide cerita : Rekaan, karena tidak mungkin seorang penjual kue berani bercanda dengan seorang presiden
    Isi : Masalah kehidupan sehari-hari, umum.
    Fungsi Komunikasi : Menghibur

    Cerita 3 termasuk dalam HUMOR.
    Ide cerita : Rekaan, karena tidak mungkin mengimpor nangka ke luar negeri.
    Isi : Masalah kehidupan sehari-hari, umum
    Fungsi Komunikasi : Menghibur

    Cerita 4 termasuk dalam HUMOR
    Ide cerita : Rekaan, karena tidak ada kapan dan di mana kejadian tersebut terjadi.
    Isi : Masalah kehidupan sehari-hari, umum
    Fungsi komunikasi : Menghibur